Sebelum baca ini, meluncur dulu ke PersaMinoritas #1 adan #2
ya, kan uda dibilangin kemaren, panitia tidak menyediakan kompas, apalagi peta.
Soalnya lagunya gak ngerock, Peta Sihombing.
Setelah murid semua berkumpul dengan susah payah, Pembina
pun mulai membuka acara yang jam tidur anak kecil tersebut.
Pembina :
Semuanya mala mini kita akan mengadakan Jurit malam ke kuburan. Kita akan
berjalan menuju lokasi. Sekarang, lepas hasduk kalian dan jadikan penutup mata,
Kalian saya beri waktu 1 menit. Sekarang!
Dengan tergesa-gesa, semua murid akhirnya melepas hasduk
lalu menutup mata mereka sendiri, bahkan beberapa ada yang menutup dadanya,
katanya mata manusia adalah Hati. Semua kacau, banyak yang shock dan seakan tidak percaya dengan apa yang sebentar lagi akan
kita lakukan, semua terkejut bak melihat Joshua duet bersama Susan menyanyikan
lagu Indonesia Raya dengan logat Malaysia.
Dendi :
Ram, iketin di kepala aku dong.
Rama :
Sini den, abis itu kamu yang iketin aku ya.
Dendi :
Iyaa..
Rama :
Udah den, ayo gantian.
Dendi :
*meraba-raba* Ram, ram, kepalamu mana ram.
Ramah :
Haahh, Ini disini *ngambil tangan Dendi*
Dendi :
Oooh, aku kencengin yaa… *SREEEETTT*
Rama :
Den, den, melorot den, aku kecekik, den, DEENNNN!!!
Dendi :
Oh sorry, ga liat ram, hehe.
Setelah lolos dari percobaan pembunuhan Dendi, kami pun
mulai berjalan dengan saling memegang pundak temannya, beberapa murid ada yang
terlalu semangat, tidak hanya memegang, tapi juga diremas. Belakangan saya tahu
banyak murid yang mendesah keenakan.
Perlahan kami diarahkan oleh para Pembina, semua berteriak
demi keselamatan kamu dijalan.
Pembina :
AWASS KANAN POHON!! JALAN PELAN-PELAN… AWAS DEPAN ADA SELOKAN, LOMPAT!!!
Beberapa kami ada yang lompat dan memang ada beberapa yang
terjatuh. Sungguh kejam persami ini. Setelah berjalan beberapa lama, kami masih
belum boleh membuka penutup mata. Kami dipisahkan antara satu sama lain oleh
Pembina secara berpasangan, saya saat itu terjebak dengan Dendy. Tiba-tiba ada
suara menghampiri.
Suara :
Kamu berdua! Kenapa bisa terpisah?
Saya :
tadi dipisahkan sama yanda.
Suara :
Siapa bilang kami memisahkan kalian?
Dendi :
Iyaa, tadi tangan saya dilepas oleh yanda, katanya masuk kuburannya hanya 2 orang
bergantian.
Suara :
Saya tidak memisahkan kalian. Tunggu disini, saya cari rombongan yang lain.
(suara pergi meninggalkan kami)
Tiba-tiba Dendi histeris.
Dendi :
JANGAAAN YANDAAAA!! KAMI TAKUT!!
Rama :
(kenapa saya dibawa-bawa) Den, jangan teriak, malu.
Dendi :
(Makin histeris) AKU TAKUUTT RAM (tiba-tiba memeluk saya dari depan)
Rama :
DEENN, DEENN!! CUKUP!!!
Dendi :
(Teriak sambil nangis) HUWAAAAAA!!! TAKUT
RAM TAKUUTT!!!!
Dendi yang tidak henti-hentinya menangis dan histeris mulai
memeluk dengan erat dan memasukan kaki kanannya ke dalam kaki saya, jadi
posisinya, saya berdiri agak ngangkang
dan kaki Dendi masuk ke dalamnya, dan dia berteriak dengan histeris. Ini
serius. Demi Tuhan itu adalah moment terhina yang pernah saya alami selama
menjadi manusia. Makin kencang teriakannya, makin kencang pula pelukannya dan
kakinya yang menekan kemaluan saya.
Dendi :
Huuwaaaaa!!! (nangis Histeris)
Rama :
aaarrgghh!!! (Kesakitan)
Dendi :
HHUUWAAAAAAAAAAAAAAAA (Makin Kenceng)
Rama :
AAAAAAAAAAAAAARRRGGHHHH!!! SAKIT DEN!!!
Dendi :
Huhuhuhuhu (melemah)
Rama :
huh hah, udah den udah.
Dendi :
HUWAAAAAAAA!!!!
Rama :
AAAAAAAAAAAAAAARRGGHH!!!!!!
Bila kalian melihat langsung, bisa saya jamin, kalian akan
bersama-sama membuat ormas sendiri dan demo untuk mendepak kami berdua ke Ghana
atau Srilangka. Tidak ada yang lebih hina dari dua bocah yang terlihat seperti gay
memadu cinta didepan pintu masuk kuburan.
Peristiwa hina tersebut belum berhenti, sampai pada suatu
ketika, Dendi berbicara sesuatu.
Dendi :
Ram, kalo kita mati disini, kita jadi sahabat sehidup semati ya.
Rama :
Ga ada sahabat yang berusaha mecahin buah zakar temennya sendiri Den.
Dendi :
Aku takut hantu Ram, aku nonton Di Sini Ada Setan ada orang yang mati gara-gara
hantu. Aku ga hafal doa pengusir setan Ram, kamu hafal ga?
Rama :
Ga hafal, doa kita beda.
Dendi :
Ajarin aku doamu Ram, biar aku selamat.
Rama :
Ngawur, ga boleh.
Dendi :
HUWAAAAAAA!!!!
Rama :
Aaaaaaaaaaaaarrrgghhh!!!
Selang beberapa menit kemudian, ada suara menghampiri lagi.
Suara :
Sudah cukup, sekarang kalian boleh buka penutup mata kalian.
Seketika saya dan Dendi melepas penutup mata secara
perlahan, masih susah untuk cahaya masuk ke mata kami, perlahan semua nampak
jelas, dan yang terlihat di mata saya dan Dendi adalah? Ya, Gerbang pintu depan
sekolah lengkap dengan Yanda dan Bunda yang senyum-senyum jijay memandangi kami.
Ternyata jurit malam dikuburan itu hanyalah tipu daya untuk
menakut-nakuti kami, untuk melatih dan melihat sejauh mana kesiapan kita
sebagai pramuka untuk dilepas di hutan. Setelah kejadian bersama Dendi tadi,
terlihat lah mental Dendi mental paling hina diantara anak-anak yang ada
disekolah.
Dari rentetan 3 episode tadi, semoga pembaca bisa menangkap
pesan yang saya sampaikan didalamnya. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar