Selasa, 16 Juli 2013

#RamadhanBercerita 5 PersaMinoritas #3



Sebelum baca ini, meluncur dulu ke PersaMinoritas #1 adan #2 ya, kan uda dibilangin kemaren, panitia tidak menyediakan kompas, apalagi peta. Soalnya lagunya gak ngerock, Peta Sihombing.
Setelah murid semua berkumpul dengan susah payah, Pembina pun mulai membuka acara yang jam tidur anak kecil tersebut. 

Pembina              : Semuanya mala mini kita akan mengadakan Jurit malam ke kuburan. Kita akan berjalan menuju lokasi. Sekarang, lepas hasduk kalian dan jadikan penutup mata, Kalian saya beri waktu 1 menit. Sekarang!

Dengan tergesa-gesa, semua murid akhirnya melepas hasduk lalu menutup mata mereka sendiri, bahkan beberapa ada yang menutup dadanya, katanya mata manusia adalah Hati. Semua kacau, banyak yang shock dan seakan tidak percaya dengan apa yang sebentar lagi akan kita lakukan, semua terkejut bak melihat Joshua duet bersama Susan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan logat Malaysia. 


Dendi                    : Ram, iketin di kepala aku dong.
Rama                     : Sini den, abis itu kamu yang iketin aku ya.
Dendi                    : Iyaa..
Rama                     : Udah den, ayo gantian.
Dendi                    : *meraba-raba* Ram, ram, kepalamu mana ram.
Ramah                  : Haahh, Ini disini *ngambil tangan Dendi*
Dendi                    : Oooh, aku kencengin yaa… *SREEEETTT*
Rama                     : Den, den, melorot den, aku kecekik, den, DEENNNN!!!
Dendi                    : Oh sorry, ga liat ram, hehe.

Setelah lolos dari percobaan pembunuhan Dendi, kami pun mulai berjalan dengan saling memegang pundak temannya, beberapa murid ada yang terlalu semangat, tidak hanya memegang, tapi juga diremas. Belakangan saya tahu banyak murid yang mendesah keenakan.

Perlahan kami diarahkan oleh para Pembina, semua berteriak demi keselamatan kamu dijalan. 

Pembina              : AWASS KANAN POHON!! JALAN PELAN-PELAN… AWAS DEPAN ADA SELOKAN, LOMPAT!!!  

Beberapa kami ada yang lompat dan memang ada beberapa yang terjatuh. Sungguh kejam persami ini. Setelah berjalan beberapa lama, kami masih belum boleh membuka penutup mata. Kami dipisahkan antara satu sama lain oleh Pembina secara berpasangan, saya saat itu terjebak dengan Dendy. Tiba-tiba ada suara menghampiri. 

Suara                     : Kamu berdua! Kenapa bisa terpisah?
Saya                       : tadi dipisahkan sama yanda.
Suara                     : Siapa bilang kami memisahkan kalian?
Dendi                    : Iyaa, tadi tangan saya dilepas oleh yanda, katanya masuk kuburannya hanya 2 orang bergantian.
Suara                     : Saya tidak memisahkan kalian. Tunggu disini, saya cari rombongan yang lain. (suara pergi meninggalkan kami)

Tiba-tiba Dendi histeris.

Dendi                    : JANGAAAN  YANDAAAA!! KAMI TAKUT!!
Rama                     : (kenapa saya dibawa-bawa) Den, jangan teriak, malu.
Dendi                    : (Makin histeris) AKU TAKUUTT RAM (tiba-tiba memeluk saya dari depan)
Rama                     : DEENN, DEENN!! CUKUP!!!
Dendi                    : (Teriak sambil nangis) HUWAAAAAA!!! TAKUT  RAM  TAKUUTT!!!! 

Dendi yang tidak henti-hentinya menangis dan histeris mulai memeluk dengan erat dan memasukan kaki kanannya ke dalam kaki saya, jadi posisinya, saya berdiri agak ngangkang dan kaki Dendi masuk ke dalamnya, dan dia berteriak dengan histeris. Ini serius. Demi Tuhan itu adalah moment terhina yang pernah saya alami selama menjadi manusia. Makin kencang teriakannya, makin kencang pula pelukannya dan kakinya yang menekan kemaluan saya.

Dendi                    : Huuwaaaaa!!! (nangis Histeris)
Rama                     : aaarrgghh!!! (Kesakitan)
Dendi                    : HHUUWAAAAAAAAAAAAAAAA (Makin Kenceng)
Rama                     : AAAAAAAAAAAAAARRRGGHHHH!!! SAKIT DEN!!!
Dendi                    : Huhuhuhuhu (melemah)
Rama                     : huh hah, udah den udah.
Dendi                    : HUWAAAAAAAA!!!!
Rama                     : AAAAAAAAAAAAAAARRGGHH!!!!!! 

Bila kalian melihat langsung, bisa saya jamin, kalian akan bersama-sama membuat ormas sendiri dan demo untuk mendepak kami berdua ke Ghana atau Srilangka. Tidak ada yang lebih hina dari dua bocah yang terlihat  seperti gay memadu cinta didepan pintu masuk kuburan.

Peristiwa hina tersebut belum berhenti, sampai pada suatu ketika, Dendi berbicara sesuatu.

Dendi                    : Ram, kalo kita mati disini, kita jadi sahabat sehidup semati ya.
Rama                     : Ga ada sahabat yang berusaha mecahin buah zakar temennya sendiri Den.
Dendi                    : Aku takut hantu Ram, aku nonton Di Sini Ada Setan ada orang yang mati gara-gara hantu. Aku ga hafal doa pengusir setan Ram, kamu hafal ga?
Rama                     : Ga hafal, doa kita beda.
Dendi                    : Ajarin aku doamu Ram, biar aku selamat.
Rama                     : Ngawur, ga boleh.
Dendi                    : HUWAAAAAAA!!!!
Rama                     : Aaaaaaaaaaaaarrrgghhh!!!

Selang beberapa menit kemudian, ada suara menghampiri lagi.

Suara                     : Sudah cukup, sekarang kalian boleh buka penutup mata kalian.

Seketika saya dan Dendi melepas penutup mata secara perlahan, masih susah untuk cahaya masuk ke mata kami, perlahan semua nampak jelas, dan yang terlihat di mata saya dan Dendi adalah? Ya, Gerbang pintu depan sekolah lengkap dengan Yanda dan Bunda yang senyum-senyum jijay memandangi kami. 

Ternyata jurit malam dikuburan itu hanyalah tipu daya untuk menakut-nakuti kami, untuk melatih dan melihat sejauh mana kesiapan kita sebagai pramuka untuk dilepas di hutan. Setelah kejadian bersama Dendi tadi, terlihat lah mental Dendi mental paling hina diantara anak-anak yang ada disekolah.  

Dari rentetan 3 episode tadi, semoga pembaca bisa menangkap pesan yang saya sampaikan didalamnya. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar